Senin, 22 April 2013

HARGA DARI SEBUAH IMPIAN.....

HARGA DARI SEBUAH IMPIAN........

Dua tahun yang lalu tepat dibulan ini, saya tengah bergumul dengan berbagai kegalauan dan kegundahan antara memilih untuk melangkah pergi ke Hawai'i atau tetap tinggal di Jakarta dan terus berkarir diinstansi yang sempat menerima saya.

Berbagai pilihan memenuhi kepala saya dan tidak hanya itu saja banyak yang sempat meminta saya untuk tinggal dan tidak melangkah pergi. Berbagai pertimbangan rasional mereka berikan "Kamu akan kehilangan pekerjaan..", "Susah loh tuk jadi P*S, kalo cari beasiswa bisa kapan aja..", bahkan ada yang sempet mengancam saya mulai dari susah dapat jodoh hingga susah mencari pekerjaan baru. Sampai, ada juga yang mencibir tentang beasiswa yang saya dapatkan. Ada yang bilang "itu kan beasiswa untuk kalangan marginal" dan intinya beasiswa ini tidak bergengsi.

Semua pertimbangan yang diberikan untuk saya membuat diri saya berpikir dan terus berpikir tentang keputusan yang akan saya ambil. Saya terus merenung dan memikirkan ulang keputusan saya. Saya pun tidak berhenti untuk terus meminta nasehat kepada orang-orang terdekat yang saya yakini jauh lebih bijak dan lebih rasional dari saya. Saya perhitungkan segala resiko yang akan saya ambil dan saya terima kelak. Namun, saya teringat oleh pertanyaan dari pewawancara saya dulu, beliau bertanya "kalau sekiranya kamu mendapatkan beasiswa ini nanti, kemudian ada seseorang yang berniat menikahi kamu sekarang tapi dengan syarat meninggalkan beasiswa ini, kira-kira kamu akan memutuskan apa?.." Dengan penuh keyakinan saya menyatakan kepada Bapak tersebut "berarti orang tersebut tidak berjodoh dengan saya Pak, karena orang yang menjadi jodoh saya pasti beliau mengijinkan saya untuk melangkah pergi bersekolah dimanapun kelak...". Saya tersentak oleh dialog tersebut dan hingga akhirnya saya memutuskan untuk melangkah dengan pasti menuju mimpi saya di Hawai'i dan pasrah jika harus kehilangan pekerjaan yang sangat diidam-idamkan banyak orang ditempat saya.

Salah satu alasan terbesar yang mendorong saya untuk melangkah keluar dan yakin berjalan menuju Hawai'i adalah keinginan saya untuk berpetualang di Negara lain dan mengejar impian saya untuk mengecap pendidikan di Negara lain. Bukan berarti Amerika Serikat lebih unggul dari sisi pendidikan, namun rasa penasaran akan sistem pengajaran disini yang dulu hanya bisa saya dengar dari cerita Professor saya mendorong saya menuju tempat ini.

Tidak terasa dua tahun sudah berlalu. Memang belum banyak yang bisa saya dapatkan dari tempat ini. Namun ada satu ilmu yang Inn Shaa Allah akan terus melekat kemanapun saya pergi nanti yaitu "Critical Thinking". Disini saya dibiasakan untuk berpikir sebelum saya mengiyakan sebuah ilmu yang diberikan oleh Professor saya. Saya 'dipaksa' untuk melihat sebuah permasalahan dari lensa yang lain dan tidak selalu harus sama karena perbedaan justru membuat segalanya menjadi lebih indah.

Disisi lain, saya juga merasa kemampuan menulis saya semakin terasah. Jika sebelumnya saya hanya mampu menulis dengan aliran cerita yang menurut saya monoton tapi kini saya bisa menulis dan bercerita dengan lebih terstruktur dan sistematis (itu baru kata saya saja, belum tentu orang lain merasakan hal yang sama). Ditambah lagi, kemampuan saya untuk menelaah cross section issue sangat terbatas tapi kini saya tidak hanya menganalisa dari dua kutub yang berbeda di Indonesia tetapi juga ada isu dari negara lain yang bisa kaitkan dengan isu di Indonesia.

Tidak hanya itu saja, pengalaman lain yang sangat berharga adalah persahabatan yang saya jalin dengan teman-teman dari berbagai negara. Mereka tidak hanya mengajarkan saya arti kegigihan untuk berusaha tetapi juga membangun persahabatan yang indah. Saya beruntung karena nanti kemanapun saya pergi entah untuk pekerjaan atau menuntut ilmu yang lebih tinggi lagi (Amin) akan ada orang yang saya datangi. Cakupan silaturahmi saya semakin luas, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di negara-negara tetangga. Ada yang saya panggil dengan sebutan Ate (Kakak- Philipina), Pi (Kakak - Thailand) dan banyak lagi. 

Hingga akhirnya, saya bersyukur dan lega ternyata pilihan saya untuk menempuh jalur ini telah mampu membuat saya menjadi pribadi baru walaupun harga dari impian ini sangat mahal. Banyak yang harus saya tinggalkan dan bahkan meninggalkan saya, namun semua itu rasanya sebanding dengan pengalaman yang telah Allah swt hadiahkan untuk perbekalan saya melangkah kedepannya.

Saya selalu berharap, langkah ini bukan langkah yang pertama dan terakhir namun menjadi langkah pembuka untuk menuju tangga yang lebih tinggi dan tempat yang lebih menantang. Saya memang dilahirkan tidak untuk berdiam dan menerima atas apa yang telah diberikan. Keputusan saya untuk mengambil beasiswa ini juga bukan berarti saya tidak mensyukur segala nikmat yang telah Allah swt berikan. Tetapi, inilah cara saya untuk terus menerus mensyukuri nikmatnya. Terus melangkah untuk mencarinya dan memahami hakikat saya ada di kehidupan ini.

Setiap orang memiliki pilihan hidupnya dan jangan pernah menghakimi orang lain dengan pilihan hidup yang mereka pilih. Sebab, saya percaya tiada satupun orang yang akan tahu akhir cerita dari pilihan hidup tersebut. Kepada yang pernah memberikan pertimbangan atau bahkan kritikan juga sindiran atas keputusan yang saya ambil, saya menghargai mereka karena mereka melihat kasus saya dari kacamata mereka. Hal itu justru membuat saya menjadi lebih mantap menerima apapun kenyataan yang akan mengikuti beasiswa ini. Inn Shaa Allah semua itu akan memotivasi saya untuk terus melangkah ke depan dan tidak terpikir lagi untuk menoleh kebelakang.

Teruntuk yang selalu mendukung impian saya dan mau mengamini "many impossible things" dalam diri saya, kelulusan saya ini akan menjadi hadiah yang ingin saya persembahkan untuk mereka semua. Akhirnya, cita-cita ini sudah menemukan jalannya...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar